Hari itu Minggu 24 April 2016 ingin sekali saya berlibur
ke curug melepas kepenatan di rumah, satu persatu saya hubungi teman saya yang
terdekat dari rumah tidak ada yang bisa, akhirnya saya terpikir ngajak si Irfan
aja yang ngekost di Jababeka 1 jadi sekalian satu jalur menuju curugnya. Karena
sabtu & minggu dia libur akhirnya dia pun ikut, curug yang ingin saya
datangin yaitu Curug Cikolengkak yang berada di Gunung Calincing Karawang, bisa
di bilang Gunung Calincing ini masih tetanggaan dengan Gunung Sanggabuana
karena lokasinya yang bersebelahan. Keinginan saya untuk menuju curug ini
berawal dari postingan teman saya di facebook, teman saya ini hobi bersepeda di
alam terbuka, karena saya baru tahu ada curug lagi di Loji jadi saya
berkeinginan lagi kesana.
Saya janjian dengan Irfan jam 9 lewat bertemu di kosannya
di Jababeka 1, ketika saya ingin berangkat dari rumah nyari nyari sendal gunung
saya sudah tidak ada di teras padahal tadi malam masih saya pakai, ada maling sendal
lagi ne subuh subuh kayaknya. Saya pun memakai sendal bokap ya gapapa lah
walaupun pasti licin ne sendal daripada ga ada lagi, pukul 09.00 saya on the
way dari rumah saya di Tambun dan tiba di depan kosan Irfan di Jababeka 1 pukul
09.30. Langsung kami berdua berangkat menuju Loji Karawang, dari Jababeka 1
melalui jalur Kalimalang - Delta Mas - Tegal Danas, sesampainya di pertengahan Tegal
Danas ternyata jalur Kalimalang ke arah Karawang di TUTUP TOTAL karena
pekerjaan jembatan yang ambles. Setelah nanya nanya kepada penduduk lalu kami
diarahkan belok ke kiri menuju arah Tanjung Pura sekitar 2 km nanti belok kanan
lalu nanti nyebrang sungai lewat Eretan/Getek. Sesampainya di Eretan/Getek kami
harus mengantri menyebrang sungai dengan arus yang cukup deras, wah kalau itu
Eretan/Getek terbalik pasti pada wassalam semua penumpang.
Akhirnya kami dengan selamat menyebrang, lalu kami
meneruskan perjalanan melewati jalan jalan kampung, bener bener muter muter
perjalanan lewat sini, butuh waktu sejam hanya untuk muter saja padahal kalau
dari kalimalang sangat dekat jaraknya. Setelah menemui jalan utama kami belok
ke kanan ke arah Loji, darisini saya sudah tahu jalurnya, sesampainya di Pasar
Loji kami berbelok ke kanan ke arah Cigentis, tidak lama sekitar kurang dari 2
KM ada sebuah spanduk besar di kiri jalan samping jembatan yang mengarahkan ke
Gunung Calincing.
Kami berbelok ke arah kiri, kami ikuti arah yang menuju
“Taman Wisata Gunung Sanggabuana”, nah pintu masuk “Taman Wisata Gunung
Sanggabuana” nanti ada di kanan jalan, tetapi kami terus saja ikuti jalanan
yang muat satu mobil untuk menuju ke Curug Cikolengkaknya.
Tidak lama setelah turunan menemukan sebuah pertigaan,
kami mengambil jalan lurus terus kedepan, kalau ke kiri kurang tahu juga untuk
menuju kemana jalur tersebut.
Pemandangan di sepanjang perjalanan sangat indah sekali,
seakan seperti film The Lord of The Ring, banyak orang yang berhenti sejenak
untuk mengabadikan pemandangan di daerah sini. Ketika kami kesini banyak sekali
komunitas mobil Jeep yang sedang mengadakan acara di daerah Gunung Calincing
ini mungkin karena ada jalur offroad disini menjadi tempat berkumpulnya
komunitas mobil Jeep.
Akhirnya sekitar 30 menit dari jembatan tadi kami setelah
melewati sekian banyak tanjakan terjal kami sampai di pintu masuk Curug
Cikolengkak, tapi disini lebih terkenal dengan Wisata Tebing Cinta, saya
sarankan jika mau kesini cek kondisi kendaraan terlebih daluhu atau di servis
agar mudah naik tanjakan tanjakan terjalnya. Pukul 12.00 kami parkirkan motor
lalu bertanya tanya pada penjaga ke arah mana jalur ke Curug Cikolengkak, untuk
menuju Curug Cikolengkak sekitar 2 km lagi, 1 km naik motor sampai warung
terakhir lalu 1 km lagi berjalan kaki menurut penataran penjaganya. Kami berdua
melepas lelah dahulu di parkiran dengan shalat dzuhur terlebih dahulu agar
tidak terjadi apa apa saat perjalanan ke curugnya nanti.
Parkiran di kawasan wisata ini cukup luas dan sudah ramai
oleh para pengunjung, di kawasan ini lebih terkenal dengan nama Wisata Tebing
Cinta, ada papan nama yang membuat saya sedikit lucu namanya yaitu Jurang
Galau, udah kaya anak jaman sekarang aja itu jurang sering galau.wkwkwkwk
Lalu kami melanjutkan perjalanan ke Curug Cikolengkak
dari parkiran menggunakan motor selama 1 km, jika ke Curug Cikolengkak itu
belok ke kiri dari pintu masuk Tebing Cinta, masuk ke Curug Cikolengkak masih FREE karena belum dikelola dan gerbang pintu masuk Curug
Cikolengkak belum selesai di bangun, masih pondasi bambu.
Terus berjalan ke depan lurus saja dengan beberapa
tanjakan bebatuan, akhirnya sekitar 1 km sampai juga kami di warung untuk
memarkirkan motor kami disini lalu berjalan kaki ke curugnya.
Untuk menuju ke Curug Cikolengkak tidak bisa menggunakan
motor karena akses jalannya yang kecil dan tanjakan tajam dengan jurang
disisinya menurut penjaga warung. Kami berjalan kaki menuju curugnya melewati padang
padang rumput yang lebat dengan pemandangan yang sangat indah di setiap
jalannya.
Lalu di tengah perjalanan kami menemukan pertigaan, saya
bingung lewat mana ya kiri atau lurus, terdengar suara motor yang menuju lurus
ke atas, lalu kami ambil jalan lurus ke atas.
Dan kami pun benar saja menemukan 4 buah motor yang
dengan susah payah memaksakan untuk terus naik ke atas, saya pun saling tegur
sapa dan bertanya apa benar ini jalur menuju ke Curug Cikolengkak, mereka pun
menjawab iya ini jalurnya, kami berdua duluan menuju ke Curug Cikolengkak,
jalurnya semakin menyempit dan gelap rerimbunan pepohonan yang lebat.
Saya dan Irfan pun sudah ingin menyerah karena sudah 20
menit berjalan tidak ketemu curugnya, mau bertanya sama orang tetapi tidak ada
siapa siapa, sangat sepi sekali, jika sampai 45 menit berjalan tidak ketemu
juga kami akan berbalik arah pulang, tapi setelah 30 menit berjalan akhirnya kami
berdua sampai di Curug Cikolengkak. Sudah ada 2 orang yang berada di Curug
Cikolengkak, kami berdua pun berfoto foto dahulu sebelum akhirnya mandi di
bawah curugnya melepas lelah perjalanan.
Setelah itu kami mandi di pancuran bawah curugnya, sangat
segar sekali setelah berjalan 30 menit naik turun, bisa melepas lelah di
curugnya, Curug Cikolengkak memiliki ketinggian sekitar 20 meter dengan
kedalaman hanya semata kaki.
Karena sepi sekali di curug ini, orang yang berdua tadi
pun sudah balik pulang, kami pun tidak terlalu lama mandi dan main air di Curug
Cikolengkak ini dan bergegas kembali ke parkiran. Perjalanan pulang menuju
parkiran cukup singkat hanyak sekitar 20 menit, di tengah perjalanan kami juga
bertemu lagi dengan 4 buah motor yang turun lagi karena tidak bisa melanjutkan
ke atas. Sampai juga di parkiran, duduk sejenak sampil ngobrol ngobrol dengan
pemilik warung, ternnyata selain Curug Cikolengkak adalagi objek wisata lain
yaitu sebuah Leuwi yang aliran airnya dari Curug Cikolengkak, tapi Leuwi ini
masih belum di buka untuk umum karena akses jalannya belum kelar di buat,
jalurnya yaitu yang arah belok ke kiri di tengah perjalanan tadi, jika lurus ke
atas ke Curug Cikolengkaknya.
Setelah itu kami pun menyalakan motor lalu membayar
parkiran seikhlasnya saja kata penjaga warung, kami berikan saja 5.000 untuk
parkiran. Kami pulang melalui jalur Karawang Kota - Tanjung Pura, ya walaupun
jalannya cukup jauh tetapi jalannya aspal halus daripada lewat jalan berangkat
tadi menaiki Eretan/Getek ngeri. Sampai juga kami berdua di depan kosan Irfan
pukul 16.00 dan melepas lelah dengan shalat ashar terlebih dahulu, dan akhirnya
saya pun pulang kembali ke rumah di Tambun.
Perjalanan Kedua
Pada
perjalanan kedua saya ke Curug Cikolengkeak ini karena mendapatkan informasi
kalau di lokasi tersebut ada curug baru yaitu Curug Cikarapyak dan Curug Santri.
Mengawali puasa hari pertama tahun 2017 ini pun saya berencana untuk kesana
dengan teman saya Pardi. Sabtu pagi 27 Mei 2017 selepas shalat subuh kami mulai
berangkat ke Curug Cikarapyak yang berada di Puncak Sempur Gn.Sanggabuana Karawang.
Jalur yang kami lalui mulai dari Tambun –
Kawasan Jababeka – Tegal Danas – Loji Karawang – Puncak Sempur. Melewati
wilayah Tegal Danas terlihat sudah terlihat bagus Jembatan Cibe’et ini yang
sebelumnya banyak sekali lubang lubang sehingga terlihat dasar sungainya.
Dari
Jalan Kalimalang Tegal Danas ini kami lurus terus sampai mentok lalu kami
berbelok ke kanan ke arah Loji Karawang, jika ke kiri akan tembus ke Kawasan
KIC Karawang.
Di
tengah perjalanan ada sebuah plang wisata berupa goa yaitu Goa Dayeuh.
Kami
lanjut perjalanan sampai bertemu Pasar Loji lalu kami belok ke kanan ke arah
Curug Cigeuntis, jika ke kiri ke arah Curug Cipanundaan dan jika lurus ke arah
wisata yang baru juga yaitu Bukit Kembar Desa Cintawargi. Darisini tidak lama
lalu akan bertemu sebuah spanduk besar yang mengarahkan ke Puncak Sempur Gn.Calincing.
Disini
jalanan sudah sangat bagus berupa jalanan beton, berbeda sekali dengan pertama
kali saya ke Gn.Calincing ini jalanannya masih berbatu dan saya pun tidak sadar
ternyata sudah sampai di depan Gerbang Puncak Sempur padahal dahulu gerbang ini
belum jadi.
Barulah
dari Gerbang Puncak Sempur ini jalanan berubah menjadi jalur tanah, pukul 07.30
kami sudah tiba di sebuah warung yang nantinya akan menjadi tempat parkir kami,
karena untuk menuju ke Curug Cikarapyak harus berjalan kaki.
Dari
sini tracknya akan melewati sebuah sasak/jembatan, dulu sasak/jembatan ini
tidak ada tetapi sekarang sudah rapih, nama dari sasak/jembatan ini adalah Sasak
Gozila.
Lalu
melintasi jalur hutan, dulu saya ambil ke kanan untuk menuju Curug Cikolengkak,
tetapi terlihat ada bekas longsor di perjalan jalur kanan ini lalu kami memilih
jalur kiri ke arah sebaliknya.
Setelah
itu ada sebuah sasak/jembatan ini, nama dari sasak/jembatan ini adalah Sasak
Kebahagiaan, spot disini sangat bagus buat foto foto.
Masuk
ke dalam hutan, curug pertama yang kami lihat yaitu Curug Santri, Curug Santri
ini ada di bagian bawah, kedalamannya sekitar sepinggang dan curug ini aliran
dari Curug Cikolengkak.
Curug
berikutnya yang kami temui adalah Curug Cikarapyak, Curug Cikarapyak ini juga
sama aliran dari Curug Cikolengkak dan memiliki 4 buah tingkat.
Setelah
melintasi hutan hutan barulah kami sampai di hulu dari Curug Santri dan Curug
Cikarapyak tadi yaitu Curug Cikolengkak.
Disini
kami mulai mandi mandi di bawah aliran Curug Cikolengkak, puasa puasa mandi di
pancuran curug sangat segar, menghilangkan kelelahan berjalan di hutan tadi.
Karena hari sudah siang dan tidak ada pengunjung lagi lalu kami pun kembali ke
parkiran agar sampai di Bekasi lagi sudah mendekati buka puasa.
Sampai ketemu lagi diperjalanan saya ke
curug curug selanjutnya
Note : Sertakan sumbernya bila ingin mengambil gambar atau cerita dari blog ini, terima kasih.
Note : Sertakan sumbernya bila ingin mengambil gambar atau cerita dari blog ini, terima kasih.