Selasa, 20 November 2018

TRIP TO CURUG JAWA TAMANSARI & CURUG GOONG TENJOLAYA BOGOR

Sudah hampir 2 bulan saya tidak explore curug curug baru, rencananya tadinya ingin explore Curug Sentral Sukabumi rame rame, tapi pas hari H ada keperluan yang urgent, jadi di cancel terus. Ada hari libur luang pada hari selasa nanti, mungkin bisa saya manfaatkan untuk mengexplore curug curug baru tapi yang masih dekat dekat saja sekitaran Bogor supaya tidak cape karena besoknya kerja lagi. Curug yang ingin saya explore yaitu Curug Jawa yang berada di Tamansari Bogor dan Curug Goong yang berada di Tenjolaya Bogor, sebelumnya saya juga pernah ke Curug Jawa akan tetapi saat itu airnya kering, nah sekarang sudah masuk musim penghujan mudah mudahan sudah lumayan airnya.



Saya pun mengontek Pardi supaya menemani saya untuk mengexplore 2 curug baru ini, 2 curug baru ini (Curug Jawa & Curug Goong) masih jarang di explore manusia jadi mungkin masih lumayan iseng hawa hawanya. Selasa 20 November 2018 kami berdua berangkat menuju Curug Jawa & Curug Goong, pukul 06.00 mulai start berangkat dari Tambun, jalur yang akan kami lalui meliputi Bekasi – Cileungsi – Citeureup – Sirkuit Sentul – Jl.Raya Bogor - Kebun Raya Bogor – BTM – Ciapus – SMAN 1 Tamansari - Curug Jawa - Curug Nangka – Curug Luhur – Arca Domas – Tenjolaya - Curug Goong. Sesampainya di depan Sirkuit Sentul ini kami belok ke kanan ke arah Jalan Raya Bogor.


Lurus terus dari Jl.Raya Bogor nanti ketemu Tol Jagorawi kami terus sampai ke Tugu Kujang Kebun Raya Bogor lalu belok kanan, terus sampai terlihat Mall BTM kami ambil kiri.


Lalu ada lampu merah kami ambil ke kanan ke arah Ciapus/Ciomas. Ada belokan lagi ke kiri kami ambil ke arah Ciapus, melewati perempatan yang jika lurus ke Pekemahan Sukamantri, ke kiri ke Cijeruk, kami ambil ke kanan ke Tamansari, dari perempatan ini tidak jauh gang menuju Curug Jawa. Gang masuk ke Curug Jawa yaitu ada plang Situs Pundenberundak Calobak atau SMAN 1 Tamansari.


Masuk ke dalam sedikit menanjak dengan jalanan yang agak ancur, sampailah kami di depan Masjid Nurul Hidayah, disinilah kami memarkirkan kendaraan, tidak ada yang berjaga karena memang Curug Jawa ini belum dijadikan wisata, alirannya masih di pakai warga, jadi HTM & parkir masih gratis, kalau mau kesini buat jaga jaga bisa bawa kunci kendaraan.


Masuk melalui gang rumah warga, lalu menuju hutan bambu yang lembab, turun sampai ke bawah aliran sungai, alirannya masih kecil ternyata, di bawah ini mulai berasa hawa hawa mistisnya karena tempatnya lembab tertutup hutan bambu yang di kelilingi tebing tebing yang tinggi.



Terus sampai ujung sampailah kami di depan Curug Jawa.




Aliran air di Curug Jawa ini sangat kecil jatuhnya padahal sudah sering hujan, airnya pun bening & dingin, dengan kedalaman sekitar 1.5 meter, sayangnya walau airnya bening tapi masih banyak sampah plastik di sepanjang sungai tadi.




Kami tidak ingin terlalu lama di Curug Jawa ini karena mulai berasa hawa mistisnya, selesai beberapa dokumentasi lalu kami berdua meninggalkan area Curug Jawa dan menuju curug berikutnya yaitu Curug Goong. Keluar dari Kp.Calobak ini kami terus melewati beberapa curug juga di sepanjang jalan seperti Curug Nangka, Curug Sawer, Curug Ciseeng, Curug Luhur, Arca Domas, lalu tibalah kami di gang Curug Ciampea & Curug Ciputri. Ya untuk menuju Curug Goong ini patokannya arah menuju Curug Ciampea.



Lurus terus lagi melewati jalan jalan kecil nah patokannya nanti ada tanah lapang di kiri jalan dengan sebuah rumah di tengahnya lalu kami ambil ke kanan, ada warung juga pas belokan ke kanan ini, sekarang juga sudah ada plang arah ke curug curugnya, tidak seperti dulu masih harus nanya ke warga.hehe




Patokannya untuk menuju ke Curug Goong yaitu jembatan pertama, tidak ada petunjuk di sepanjang jalan disini, salah satu petunjuknya yaitu bertanya ke warga yang lewat, kami juga sempat kelewat jauh sampai mau ke atas Curug Ciampea, untung sempat bertanya lalu kami balik arah ke jembatan pertama tadi dan memarkirkan kendaraan di sebuah rumah warga yang terdapat warungnya dengan meminta izin terlebih dahulu.


Sebelum trekking ke Curug Goong kami berdua santai santai dulu di warung sambil ngobrol ngobrol dengan pemilik warung, kalau mau ke Curug Goong ikuti aja aliran sungainya g jauh sekitar 100 meter katanya. Telihat di depan warung, banyak orang orang yang lalu lalang menuju ke Curug Ciampea, karena memang tidak banyak yang tahu tentang Curug Goong ini, jadi hanya melewatinya saja.

Setelah makan & minum di warung serta ngobrol ngobrol, kami bersiap untuk trekking menuju Curug Goong, di mulai dengan berjalan di jalur setapak samping warung kecil di depan rumah, lalu berjalan di rerumputan yang di samping kirinya terdapat pembatas beton.



Tidak beberapa lama, lalu kami turun ke arah aliran sungai.



Lanjut dengan menyusuri aliran sungai yang sedikit alirannya mengalir, airnya dingin & bening, pasti di curugnya mantep buat mandi nanti. Di tengah perjalanan juga ada beberapa orang yang sedang menambang di pinggiran sungai.




Di tengah perjalanan ternyata jalurnya tertutup dengan bongkahan batu yang sangat besar, kelihatannya belum lama longsor, ngeri juga kalau kelamaan disini takut ada longsor juga.


Nah di balik batu besar inilah Curug Goong berada, sedikit kecewa karena aliran air di Curug Goong ko coklat ya, padahal aliran sungai tadi bening banget, di instagram juga bening bening postingannya, ya sudah lah daripada nganggur tuh air, nyebur aja dah, tapi biar coklat, airnya dingin juga.



Curug Goong ini berada tersembunyi di dalam aliran sungai, sehingga jarang orang yang tahu keberadaannya, kedalamannya hanya sekitar kedada orang dewasa di tengahnya.



Setelah beberapa lama kami berada di Curug Goong ini, kami berdua pun meninggalkan lokasi dan kembali ke warung tadi. Curug Goong ini masih belum di kelola sehingga HTM & parkirnya pun masih gratis, tinggal minta izin ja sama warga kalau mau ke Curug Goong ini. Pukul 13.00 kami meninggalkan daerah Tenjolaya ini dan pulang kembali ke Bekasi.

Sampai ketemu lagi diperjalanan saya ke curug curug selanjutnya.

Note : Sertakan sumbernya bila ingin mengambil gambar atau cerita dari blog ini, terima kasih.

Minggu, 23 September 2018

TRIP TO CURUG LARANGAN KAMPUNG CISAAR DESA GIRIMUKTI SUKABUMI

Pada touring sebelumnya ke Geoprak Ciletuh, teman teman saya berkunjung ke salah satu curug yang masih alami disana namanya Curug Larangan yang berada di Kp.Cisaar Ds.Girimukti Kec.Ciemas Sukabumi, airnya pun sangat jernih, berbeda dengan curug curug lain di Ciletuh yang alirannya dari sungai yang berwarna coklat, saya tidak bisa ikut waktu itu karena ada keperluan. Saya penasaran dengan Curug Larangan ini, akhirnya dengan trip yang dadakan hanya berdua saja, saya pun mencoba kesana.Hari jumat saya mengontek Pardi apakah dia bisa pergi ke Curug Larangan ini, jika bisa rencananya kami akan berangkat sehabis ashar, soalnya kalau berangkat malam walau sudah minum kopi banyak pasti ngantuk ngantuk juga di jalan, oke dia pun bisa berangkat untuk mengexplore Curug Larangan esok harinya.



Pukul 14.30 saya samper ke rumahnya Pardi karena tidak begitu jauh juga dari rumah saya, mulailah kami start berangkat dari Bekasi sekitar pukul 15.00. Jalur yang akan kami lalui meliputi Bekasi – Ps.Cileungsi – Ps.Citeureup – Sirkuit Sentul - Jl.Raya Bogor – Kebun Raya Bogor – Baranangsiang – Tajur – Ciawi – Caringin – Cigombong – Cibadak – Jembatan Bagbagan – Jl.Baru Loji Ciletuh – Jembatan Cisaar – Curug Larangan. Sesampainya di depan Sirkuit Sentul kami belok ke kanan ke arah Jalan Raya Bogor.


Sesampainya di Jl.Raya Bogor lalu terus melewati Kebun Raya Bogor, suasana mendung mulai menyelimuti kota Bogor, benar saja sampai di Lipo Plaza Ekalokasari turun hujan yang deras, kami pun masuk ke mallnya untuk berteduh sejenak sambil mencari mushola juga untuk shalat ashar karena tidak sempat membawa jas hujan. Mungkin sekitar 1 jam kami menunggu hujan kecil dahulu sehingga bisa melanjutkan perjalanan kembali, di jalan pun masih tetap hujan gerimis akhirnya kami berhenti untuk membeli jas hujan dulu agar tidak tertunda perjalanannya karena hujan. Sampai di Ciawi kami mengambil arah ke Sukabumi, melewati Caringin lalu Cigombong dan belok ke kanan ke arah Cibadak, sebenarnya tadi kami ingin lewat jalur Cikidang tapi karena malam hari tidak ada penerangan di jalan Cikidang akhirnya kami lewat jalur Cibadak saja yang ramai.


Sesampainya di Bagbagan kami ambil ke kiri ke arah plang petunjuk Geopark Ciletuh atau Ujung Genteng.




Di simpang Loji kami ambil ke kanan bawah, jalur ini merupakan Jalan Baru ke Geopark Ciletuh yang bisa setengah perjalanan dari jalur lama yang biasa di tempuh sekitar 71 Km menjadi hanya 33 Km. Jalan Baru ini masih aspal mulus selama perjalanan, tapi lampu penerangan jalannya belum ada sehingga berasa gelap banget kalau jalan hanya 1 motor saja disini. Selama perjalanan di jalan baru ini pemandangan di malam hari sangat menakjubkan dengan ratusan keramba ikan yang ada di laut yang menyala terang seperti pesawat alien yang sedang mendarat. 

Pukul 20.45 kami sudah sampai di Jembatan Cisaar, disini kami bingung, di web katanya setelah jembatan ada jalan di kiri jalan menuju perkampungan akan tetapi ko ngga ada jalannya, malahan perkampungannya itu ada di kanan jalan, kami coba masuk perkampungan di kanan jalan itu tapi di ujung buntu dan kayaknya mentoknya di laut sedangkan curug itu ada di perbukitan atau gunung, karena bingung ya sudahlah kami cari warung terdekat yaitu ada di samping Jembatan Cisaar ini, kami meminta izin untuk menginap semalam kepada pemilik warung dank arena perut udah lapar juga, kami memesan sate 20 tusuk disini sambil ngobrol ngobrol dengan pemilik warung. Ternyata jalan menuju Curug Larangan ini memang ke kiri kata si pemilik warungnya, kalau malam emang ngga terlalu kelihatan, nanti masuk aja ke jalan itu terus ada perkampungan, parkir di kampung itu lalu jalan kaki ngga lama ke Curug Larangannya.



Malam semakin larut akhirnya kami berdua tidur di warung ini dan diberikan bantal oleh pemilik warung, selama tidur disini banyak hal hal aneh, setiap 30 menit sekali saya ataupun Pardi terbangun karena mimpi yang aneh aneh dan banyak suara aneh aneh juga di sekitar warung, karena di belakang warung adalah sebuah jembatan dan hutan, lalu di depan warung adalah perbukitan, jadi banyak hal hal aneh selama semalaman, oh iya walau sudah dini hari ternyata masih banyak rombongan motor yang lalu lalang menuju Geopark Ciletuh. Paginya setelah ngopi ngopi, pukul 06.00 kami meninggalkan warung dan berterima kasih karena sudah diizinkan menginap semalaman. Melewati Jembatan Cisaar benar saja setelah jembatan ada sebuah jalan di kiri, lalu kami masuk ke dalam.



Setelah melewati kebun kebun barulah kami sampai di sebuah perkampungan yaitu Kp.Cisaar, ada sebuah mushola kami belok ke kiri dan sampailah kami di tempat parkir dari Curug Larangan, disini hanya ada motor kami saja yang ada, tidak ada pengunjung lain.





Karena kami berdua tidak mengetahui persis jalan ke Curug Larangan dari parkiran ini, lalu kami pun meminta kepada salah satu warga untuk mengantarkan ke Curug Larangan. Trek pertama kami melintasi sebuah jembatan dari bambu yang di bawahnya ada sebuah sungai yang kering, sungai ini kalau ada airnya, airnya berasal dari Curug Larangan. Biasanya kalau sabtu minggu katanya disini ada aja yang dating, tapi sekarang lagi sepi karena musim kemarau. Mengikuti jalan setapak di pinggir sungai yang kering, sekitar 15 menit berjalan kai, kami sudah tiba di depan Curug Larangan.






Curug Larangan saat ini sedang agak kering karena musim kemarau, terlihat hanya sedikit air yang mengalir dari atas curugnya. Curug Larangan ini memiliki ketinggian sekitar 50 meter dengan kedalaman di pinggir 1.5 meter dan di tengah sekitar 5 meter dengan air yang jernih serta dingin, Curug Larangan ini juga di kelilingi dengan pohon pohon yang lumayan tinggi sehingga menjadi teduh.








Setelah melihat lihat lingkungan Curug Larangan, tidak afdol kalau ke curug ngga nyebur, kami berdua pun mandi di Curug Larangan ini, mumpung tadi habis dari warung belum mandi, mandinya di curug aja dah, masih pagi juga sekitar pukul 08.00.




1 jam kami berdua berada di Curug Larangan ini, belum ada pengunjung lain yang datang. Pukul 09.00 kami berdua meninggalkan lokasi Curug Larangan, karena ada tempat yang bagus lagi di Jalan Baru Loji Ciletuh ini yang harus di lihat. Di perjalanan treking balik ke parkiran ada beberapa orang dari pemerintah daerah yang sedang meninjau Curug Larangan ini, kelihatannya ke depannya akan menjadi objek wisata. Sampai di parkiran kami berpamitan dan berterima kasih kepada warga yang mengantar kami ke Curug Larangan tadi, lalu kami meninggalkan Kp.Cisaar ini.

Keluar dari Kp.Cisaar kembali ke jalan utama Loji Ciletuh kami berdua lanjut ke atas, di atas banyak spot spot foto yang bagus, jika mau ke laut juga tingga jalan kaki dari jalan.







Hari pun semakin siang, agar sampai kembali ke Bekasi masih sore akhirnya sekitar pukul 11.00 kami berangkat pulang menuju Bekasi. Jalur pulang kami tidak melalui Cibadak karena dikhawatirkan macet di pasarnya nanti, kami mencoba jalur Cikidang, melalui jalur Cikidang berasa lama juga karena jalanan disini agak rusak jadi tidak bisa melaju dengan kencang dengan kendaraan, padahal kalau di ukur jalannya lebih singkat lewat Cikidang dibandingkan dengan Cibadak. Pukul 16.00 akhirnya kami tiba kembali di Bekasi.

Sampai ketemu lagi diperjalanan saya ke curug curug selanjutnya.

Note : Sertakan sumbernya bila ingin mengambil gambar atau cerita dari blog ini, terima kasih